Berkenalan dengan Amusia


Pasti sudah tidak asing bukan dengan sebutan “buta nada”. Tapi sebenarnya apa ya buta nada itu? Benarkah ada orang yang buta nada?

Buta nada merupakan istilah yang sering digunakan orang awam kepada mereka yang tidak pandai bernyanyi, entah karena suaranya fals atau tidak bisa mengikuti tempo musik. Berdasarkan data yang dikemukakan oleh Science Daily yang mengutip rilis dari Harvard Medical School, 4% dari jumlah penduduk dunia menderita buta nada akut atau amusia. Charles Patrick Davis, MD, PhD menjelaskan “Amusia is the inability to recognize musical tones or to reproduce them. Amusia can be congenital (present at birth) or be acquired sometime later in life (as from brain damage). Ya, kenyataannya memang ada seseorang yang tidak peka terhadap musik. Biasanya penderita amusia tidak menyadari bahwa dirinya mengalami buta nada.

Kebanyakan, penderita amusia tidak memiliki ketertarikan terhadap musik. Beberapa peneliti percaya bahwa musik tidak bisa terpisah dari kehidupan sehari-hari. Bahkan berbicara saja sudah musti memenuhi elemen musik seperti ritme dan nada agar terdengar lebih menarik. Namun, beberapa peneliti lainnya menganggap bahwa masalah musik terpisah dan khusus, sehingga amusia tidak akan begitu berpengaruh signifikan. Sehingga ada ahli yang tidak sepakat dengan pernyataan amusia adalah kekurangan atau disabilitas, walaupun harus diakui penderita amusia mengalami kesulitan untuk menangkap melodi, nada maupun musik.

Tidak bisa bernyanyi dengan nada akurat bukan berarti kamu menderita amusia lho. Bernyanyi pada nada yang tidak tepat menunjukkan adanya masalah pada persepsi musik, atau mungkin kurang baik dalam kontrol vokal. Bisa juga karena eksekusinya yang kurang baik, meskipun dia tahu nada yang tepat. Masalah lain bisa juga disebabkan karena ia lupa dengan nada aslinya ketika mulai bernyanyi.

Untuk mengetahui apakah seseorang benar-benar menderita amusia, ia harus menjalani tes oleh seorang ahli. Namun, penderita buta nada masih memungkinkan untuk memperbaiki cara bernyanyi dengan latihan dan tekad yang kuat. Seperti yang dilakukan oleh Tim Falconer. Falconer adalah salah satu penderita amusia yang memiliki ketertarikan untuk memproduksi musik, baginya musik adalah gairah seumur hidup. Amusia tidak mampu menghentikannya untuk bermusik. Ia mengatakan, “One of my favourite instruments was the human voice, and I wanted to be able to use it. When I am in the car alone, singing along, I don't care if I sounds bad.” Dirinya juga mengatakan bahwa tidak ada salahnya untuk mendengarkan musik, jika musik memberikanmu kebahagian berarti itu adalah sesuatu yang baik.

Falconer berusaha untuk bisa bernyanyi meskipun ia telah di diagnosa menderita amusia bawaan. Falconer juga menyebutkan bahwa amusia dibagi menjadi tiga kategori. “Amusia really has three parts. Perception — that's hearing; production — that's singing; and memory. Basically I have a really hard time hearing small differences in pitch and an even harder time reproducing small differences in pitch. It's really a condition about the brain pathway, between the temporal lobe and the frontal lobe.” Dan dia termasuk ke dalam bagian ketiga. Menurutnya otaknya tidak dapat bekerja dengan baik dan efisien dalam menangkap musik, namun kenyataan itu tidak membuatnya menyerah untuk bermusik. Dari pengalamannya ini, Falconer menulis sebuah buku berjudul Bad Singer: The Surprising Science of Tone Deafness and How We Hear Music.

Semangat seorang Falconer untuk bisa bermusik dapat menjadi inspirasi bagi kita bukan?


Referensi :

https://m.republika.co.id/amp/om8j9h366

https://www.pojokseni.com/2019/01/mengenal-amusia-penyakit-buta-nada-akut.html

https://www.medicinenet.com/amusia/definition.htm

https://www.cbc.ca/radio/thenextchapter/governor-general-david-johnston-tim-falconer-1.3570505/tim-falconer-on-being-a-bad-singer-1.3570573

https://timfalconer.com/books/bad-singer/

Komentar